Woman in Red

Judulnya pakai bahasa Inggris, tapi isinya nggak, kayak lagu ST12. Nyebelin. Ahahahh…

Jadi begini…

Malam itu hampir sama seperti malam-malam yang lain. Saya keluar makan bareng pacar. Setelah makan, kami kepikiran untuk memperpanjang waktu kebersamaan. Halah. Lalu kami memutuskan untuk pesan kamar nonton film di bioskop. Pilihan bioskop jatuh ke bioskop jaringan di salah satu mall di Yogyakarta. Film yang dipilih random saja, toh yang penting berduaan. Eh. Karena niat menonton baru muncul setelah makan, jam mulai nonton pun dapat dipastikan setelah pukul 21.00. Akhirnya kami memutuskan nonton film yang tayang sekitar pukul 21.30. Saya lupa judul filmnya. Nggak terlalu penting juga sih. Yang penting adalah setelah nonton.

Seperti biasa, karena film kelar tengah malam, kira-kira pukul 23.40, satu-satunya akses ke rubanah (ruang bawah tanah, basement. Ikuti Twitter @k_bbi ya!) adalah melalui lift. Seperti biasa juga, antrean lift penuh. Sebagai orang yang selow, saya malas berdesak-desakan dan memilih menunggu di pinggir sambil bersandar di tembok. Ketika antrean tinggal sekitar 2 kloter, saya kok kepingin ke toilet. Karena bareng pacar yang jenis kelaminnya beda, dan karena saya pemberani, maka saya masuk toilet sendirian. Toilet sepi, tapi ada mbak-mbak (meski mbak-mbak tapi tetap seorang loh ini) yang duduk di wastafel, berbaju merah, kakinya dinaikkan, sedang menyisir rambutnya yang panjang, kira-kira sepinggang. Rambutnya lurus, hitam, menutupi mukanya.

Sebagai orang modern yang rasional, saya tidak berpikir aneh-aneh. Saya pilih untuk langsung masuk bilik toilet dan melepaskan yang perlu dilepaskan. Sekeluar dari bilik, saya mencuci tangan. Si mbak masih duduk di wastafel, kakinya masih di atas, dan menyisir rambutnya. Saya menengok dan hendak menyapanya. Mukanya rata. Lalu saya keluar, menghampiri pacar, lalu segera turun ke parkiran dan pulang, sambil bercerita di jalan.

Mumpung ini malam Jumat. Di bagian akhir itu saya bohong.